Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekedar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya. Mohon do'akan kami semoga selalu istiqomah dalam kebaikan Perajurit Saba: Urgensi Pendidikan Islam Sejak Dini

Minggu, 22 Maret 2015

Urgensi Pendidikan Islam Sejak Dini

Oleh: Jadidseasons

     Di era globalisasi dan modernisasi, kini setiap individu membutuhkan para penda’i yang menuntun bagaimana dan dari mana harus memulai. Karena dalam sisi pemahaman Islam tentang pendidikan, masih banyak tugas dan kewajiban tambahan bagi setiap Muslim. Diantaranya menyiapkan para generasi muda agar terdidik dengan pengetahuan Islam yang lurus dan murni, sebelum mengetahui dan mempelajari apapun semenjak lahir. Tidak lain karena tema besar dan problematika pendidikan Islam, sangatlah berkaitan dengan dua asas penting yang menjadi landasan setiap Rasul, yakni; pengetahuan tentang tauhid Allah SWT dan syariat-Nya.

    Akibat tidak adanya perhatian penuh terhadap pendidikan Islam sejak dini, faktanya kondisi para generasi sekarang justru terpengaruh oleh sihir film, berita dan teknologi. Padahal tujuan para musuh Islam menciptakan dan menghiasi semuanya sebagai perusak akal dan kreadibilitas generasi muda dalam memahami Al-quran, hadits dan pengetahuan Islam, mereka tahu bahwa film dan gambar akan lebih kuat pengaruhnya dari pada sekedar ungkapan kalimat-kalimat dalam kitab suci dan hadits. Pelu disadari pula bahwa tidak ada film yang dibuat, cerita yang ditulis, gambar yang diexpose kecuali dibelakangnya ada tujuan tertentu! Jika sekarang umat Islam belum bisa melihat pengaruhnya, kelak pasti akidah kufur tersebut akan tertanam pada generasi muda Islam.

 A.     Pendidikan Sebagai Garda Terdepan

    Pendidikan sebagai garda terdepan kemajuan, seharusnya mampu membangun karakter bangsa, mempengaruhi budaya dan membentuk paradigma berfikir yang progresif dan visioner. Namun problematika yang berada dalam dunia pendidikan, semakin menjauhkan undang-undang dalam mencerdaskan anak bangsa.

     Salah satu penyebab terjadinya perihal demikian adalah lemahnya kualitas mental bangsa dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat, dan tentunya mengarah pada modernisasi yang salah arah. Implikasinya membuahkan dampak negatif, diantaranya: pertama, banyak orang yang ingin kaya akan tetapi melalui jalan pintas. Kedua, banyak orang ingin modern tetapi melalui jalan yang salah. Ketiga, banyak orang yang ingin menjadi sejahtera tetapi melalui jalan yang tidak benar.

    Memang tidak mudah untuk mencari solusi dalam menghadapi problematika bangsa, tidak semudah membalikkan tangan begitu saja. Akan tetapi ada beberapa instrumen krusial untuk membenahinya, yakni melalui pendidikan karakter. Tidak dapat kita pungkiri, setiap agama yang ada pasti memberikan kewajiban umatnya untuk beprilaku terpuji. Sepertihalnya agama Islam, yang mana tidaklah Nabi Muhammad SAW diutus kecuali sebagai rahmat seluruh alam. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang terpuji”. Inilah langkah awal yang harus mulai dipupuk semenjak dini, sebagai bukti nyata dalam revitalisasi pendidikan Islam.

 B. Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa

    Senafas dengan urgensi pendidikan karakter sejak dini, Ki Hajar Dewantoro juga mengatakan bahwa moralitas pendidikan adalah: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, lan tut wuri handayani”. Ungkapan sarat makna tersebut berarti:

 1. Manusia harus menjadi teladan ketika berada didepan, atau menjadi pemimpin didalam level serendah apapun.

 2. Jika berada ditengah, maka harus dapat membangkitkan semangat untuk berkarya.

 3. Dan jika berada dibelakang, maka harus bisa menjadi pamong.

    Pendidikan karakter sejatinya adalah pendidikan yang berbasis pada kejujuran, keikhlasan, kepercayaan dan tanggung jawab. Kejujuran dalam setiap aspek prilaku yang dikerjakan, keikhlasan dalam menunaikan segala hak dan kewajiban, terpercaya ketika dibebankan tanggung jawab, serta bertanggung jawab pula ketika dibebankan amanat. Inilah sebenarnya jiwa dan karakter pendidikan bangsa, yang mana senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan yang Maha Esa.

    Menurut hemat penulis, merealisasikan cita-cita luhur bangsa melalui pendidikan Islam merupakan tujuan yang sangat mulia. Sehingga perlu adanya step dan manner yang komprehensif mulai sekarang, diantaranya:

a) Ta’yin, dapat berupa mendasarkan pendidikan Islam sejak dini dan setiap aspek apapun yang berkaitan dengannya.

 b) Taqwim, dapat berupa meluruskan pemikiran dan fenomena yang masih samar ataupun salah dalam segala sisi menuju azas utama agama Islam. Sehingga kelak umat muslimin mengetahui hakikat akan kebenaran yang ada pada zamannya.

    Pendidikan karakter dan budaya bangsa adalah multidimensi dan multidisiplin, sehingga diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam berbagai disiplin ilmu. Dapat dimaknai pula sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik, sampai mereka memiliki visi dan misi sebagai karakter dirinya dalam berinteraksi dalam keluarga, masyarakat, sekaligus warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas dasar demikian, pengembangan pendidikan Islam melalui karakter dan budaya bangsa sangat strategis bagi keberlangsungan dan kemajuan bangsa dimasa mendatang.

    Konklusinya, bahwa setiap Muslim dituntut untuk memperhatikan perkara pendidikan Islam sejak dini. Al-Habib Abu Bakar al-‘Adny berkata: mulailah dengan mengadakan majlis ilmu dalam rumah untuk keluarga, halaqah al-qur’an, pembacaan dzikir, dan nasehat-nasehat untuk putra-putrinya. Bukan mencegah mereka dari apa saja yang mereka lakukan pada peradaban dan zamannya, tetapi membimbing mereka! Kini kerusakan telah melanda umat Muslimin dalam segala aspek kehidupan, kerusakan dalam pendidikan, kerusakan dalam membina pemikiran, kerusakan dalam keimanan, yang mana tidak mungkin umat Muslimin menjadi bersatu kecuali kembali kepada majlis ilmu anak-anak, keluarga, para ulama dan ahli ilmu agar dapat menjauhkan dari segala kemudhorotan dan kesesatan yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar