Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekedar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya. Mohon do'akan kami semoga selalu istiqomah dalam kebaikan Perajurit Saba: Ketika Fajar Tiba

Senin, 06 Februari 2017

Ketika Fajar Tiba

Langit dini hari selalu memikat. Bintang yang berkilauan nampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat ke-Maha Kuasaan Allah begitu saja. Jam 3 pagi menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang gemintang dan bulan yang sedemikian fitri. ''Diatas sana ada jutaan malaikat sedang berdzikir''.

''Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah kecuali  para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menaungi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada para malaikat disisi-Nya''.
Jutaan malaikat itu mendo'akan penduduk bumi yang tidak lalai, penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap dibuai siratu tidur''.  Dan tatkala fajar merekah kemerahan disebelah timur, hamba Allah masih saja berdzikir dan mengajaknya menikmati keindahan yang menggetarkan itu. Adzan subuh selalu menggetarkan kalbunya. alam seperti bersahut-sahutan mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. setiap kali fajar itu merekah, selalu ada semburat yang baru. Ada keindahan baru, keindahan yang berbeda dari fajar hari-hari yang telah lalu. Rasanya tak ada sastrawan yang mampu mendetailkan keindahan panorama itu dengan bahasa pena. Tak ada pelukis yang mampu melukiskan keindahan itu dalam kanfasnya. Tak ada!! keindahan itu bisa dirasakan, dinikmati dan dihayati.

Langit dini hari selalu memikat kalbu dan fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Hamba Allah masih tetap terduduk diatas sajadahnya. Ia buka jendela kamarnya lebar-lebar. Ia memandangi langit, menikmati fajar dan menghayati dzikir bersama hembusan angin alam yang membawanya ketempat yang terindah.

''Wahai Robb, terimakasih atas segala nikmat-Mu''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar