Dikisahkan bahwasannya Harun Arrasyid hendak mengerjakan thowaf sendirian, beliau melarang orang lain berthowaf. Tiba-tiba Harun didahului seorang arab badui. Maka pengawal Harun arrasyid pun membentak siarab badui tersebut seraya mengatakan ''kamu jangan thowaf sampai amirul mu'minin selesai thowaf''. siarab baduipun menjawab ''bahwasannya Allah menyamakan hak antara pemimpin dan rakyat dalam hal ini. Allah swt berfirman
سواء العاكف فيه والباد ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب أليم (الحاج : 25
''sama dalam masjidil haram antara yang bermukim disitu maupun dipadang pasir, dan barang siapa bermaksud didalamnya melakukan kejahatan secara dzalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih''
setelah Harun arrasyid mendengarnya, beliau lalu melarang pengawalnya mencegah arab badui tersebut. lalu Harun arrasyid datang kehajar aswad untuk menciumnya, namun didahului oleh arab badui itu. kemudian Harun arrasyid menuju kehijr Ismail untuk melakukan sholat disitu. namun lagi-lagi didahului oleh arab badui tersebut. Maka Harun arrasyid tetap sholat disitu. Seusai sholat beliau menyuruh pengawalnya untuk mendatangi arab badui tadi. Kemudian terjadi percakapan antara pengawaal dan arab badui.
Pengawal : ''Laksanakanlah perintah amirul mu'minin''
Arab badui : ''Aku tidak ada kepentingan padanya, jika amirul mu'minin memerlukan aku, maka dialah yang harus datang''
kemudian datanglah Harun arrasyid seraya mengucapkan salam dan Arab baduipun menjawabnya. lalu terjadi percakapan antara keduanya.
Harun : ''Hai saudara arab, aku duduk disini memenuhi permintaanmu''
Arab badui : ''Baitullah ini bukan rumahku, tanah haram ini bukan tanah haramku, disini kedudukan diantara kita sama. jika kamu ingin duduk maka duduklah, jika ingin pergi maka pergilah''
lalu Harun arrasyid duduk dan berkata
Harun : ''Hai Arab badui, aku mau bertanya padamu tentang satu fardhu, jika kamu dapat menjawabnya maka kamu akan dapat menjawab fardhu yang lain. Tapi jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka pertanyaan tentang fardhu yang lain kamu tentu tidak mampu dan lebih lemah''
Arab badui : ''Pertanyaanmu ini apakan pertanyaan belajar atau pertanyaan penghinaan''
harun : ''Pertanyaanku adalah untuk belajar''
Arab badui : ''Berdirilah, lalu duduklah sebagaimana duduknya orang yang bertanya''
harun arrasyid lalu berdiri dan duduk dihadapan arab badui
Harun : ''Aku telah duduk''
Arab badui : ''Bertanyalah apa yang ingin kau tanyakan''
Harun : ''Beritahukanlah kepadaku apa saja yang telah difardhukan (diwajibkan) Allah kepadamu''
Arab badui : ''Yang engkau tanyakan kepadaku itu tentang fardhu (kewajiban) yang mana? apakah dari satu kewajiban atau lima kewajiban, tujuh belas, tiga puluh empat, sembilan puluh empat atau satu kewajiban sepanjang umurmu, atau satu dari dua belas, atau satu fardhu dari empat puluh, atau lima dari dua ratus ?''
Harun tertawa sambil menepuk bahu arab badui karena meremehkannya seraya berkata.
Harun : ''Aku bertanya kepadamu tentang kewajibanmu tapi kamu menjawab dengan hitungan tahun''
Arab badui : ''Hai Harun, jika agama itu tidak mempergunakan hitungan, niscaya Allah tidak akan mengadakan perhitungan amal perbuatan manusia pada hari kiamat. padahal Allah swt telah berfirman
ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا وإن كان مثقال حبة من خردل أتينا بها وكفى بنا حاسبين (الأنبياء47
''kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya sebesar biji sawipun pasti kami medatangkan (pahala) nya, dan cukuplah kami sebagai penghitung''.
maka Harun arrasyid menjadi marah sebab arab badui itu memanggilnya dengan ucapan ''hai harun'' dan tidak mau memanggil dengan ucapan ''hai amirul mu'minin''. lalu Harun arrasyid mengatakan ''hai arab badui jika kamu dapat menafsiri perkataanmu dengan baik maka kamu akan selamat, tapi jika tidak, maka aku akan memerintahkan pengawalku untuk menebas batang lehermu antara bukit shofa dan marwah''. Maka berkatalah pengawalnya ''wahai amirul mu'minin ampunilah dia dan kasihanilah dia karena takut kepada Allah dan karena kemuliaan tempat ini.'' Maka tertawalah Arab badui itu karena ucapan keduanya, sehingga dia menepuk punggung Harun.
Harun : ''Mengapa kamu tertawa hai Arab badui?''
Arab badui itu menjawabnya penuh keheran-heranan seraya mengatakan ''karena aku tak tahu siapa yang lebih bodoh diantara kalian berdua, yang memberi batas waktu yang telah datang atau yang mempercepat batas waktu yang belum datang. Adapun pertanyaanmu tentang satu kewajiban yang telah difardhukan kepadaku. Padahal Allah telah mewajibkan kefardhuan yang banyak sekali. Ucapanku kepadamu tentang satu fardhu maksudnya adalah agama Islam. Fardhu yang lima maksudnya adalah sholat lima waktu. Fardhu yang tujuh belas maksudnya tujuh belas raka'at. Tiga puluh empat maksudnya adalah tiga puluh empat sujud dalam sholat fardhu lima waktu. Sembilan puluh empat maksudnya adalah takbir dalam sholat jika orang yang sholat itu meyakini kalau takbir itu merupakan fardhu. Adapun maksud ucapan satu fardhu sepanjang umurku adalah menunaikan ibadah haji. Kemudian satu fardhu dari dua belas adalah bulan ramadhan, wajib puasa bulan ramadhan dari dua belas bulan dalam satu tahun. Sedangkan satu fardhu dari empat puluh yaitu membayar zakat emas atau dinar, satu dinar dari setiap empat puluh dinar. Lalu maksud fardhu lima dari dua ratus adalah lima dirham dari harta dua ratus dirham.''
Arab badui : ''Aku telah menjawab pertanyaanmu, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, maka jawablah pertanyaanku''
Harun : ''Baiklah, silahkan katakan''
Arab badui : ''Bagaimana pendapatmu jika seorang lelaki melihat seorang wanita dipagi hari haram hukumnya, tetapi diwaktu dzuhur halal baginya? lalu diwaktu ashar wanita itu haram dilihat lelaki tadi? dan datang waktu maghrib menjadi halal? kemudian waktu isya haram dan ketika subuh halal? pada waktu dzuhur berikutnya haram lagi? kemudian waktu ashar halal? ketika waktu maghrib datang haram lagi? maka ketika isya tiba, wanita tersebut halal lagi bagi lelaki itu?''
Harun : ''Demi Allah hai saudara arab! kamu telah melemparkan aku kedalam lautan dimana tidak ada yang mampu menyelamatkan aku kecuali engkau!''
Arab badui : ''Kamu sebagai khalifah Allah, tidak pantas menjadi lemah karena pertanyaan itu . Bagaimana kamu menjadi lemah karena pertanyaanku? sedangkan aku seorang arab pedalaman yang tidak punya kekuasaan !.''
Harun : ''Kapasitas ilmumu sangat luas, maka jelaskanlah jawaban pertanyaanmu itu''
Arab badui : ''Akan saya jelaskan tetapi dengan syarat, kamu harus menambal kurangnya kasih sayangmu kepada orang yang membutuhkan. dan jangan mencela orang karena kefakirannya,''
Harun arrasyid lalu berkata dengan senang hati dan penuh hormat. maka arab baduipun menguraikan penjelasannya. ''Bahwasannya seorang lelaki itu melihat seorang wanita amat (budak perempuan) milik orang lain, maka haramlah wanita itu dilihatnya. Lalu waktu dzuhur lelaki itu membelinya, maka wanita itupun halal baginya. Ketika ashar wanita itu dimerdekakannya, maka haramlah wanita itu baginya. Ketika datang waktu maghrib wanita itu dinikahinya, maka diapun halal baginya. Kemudian diwaktu isya lelaki itu menceraikannya, maka haramlah wanita itu baginya. Ketika datang waktu subuh, lelaki itu merujuknya, maka wanita itupun halal baginya. Ketika datang waktu dzuhur lelaki itu menjatuhkan sumpah dzihar pada wanita tadi, maka haramlah wanita itu baginya. Dan ketika waktu ashar lelaki itu membayar kafarat atas sumpahnya, maka wanita itu menjadi halal baginya. Lalu pada waktu maghrib lelaki itu keluar dari islam, maka wanita itupun menjadi haram baginya. Akhirnya ketika waktu isya datang lelaki itupun bertaubat dan masuk islam kembali, maka wanita itu menjadi halal baginya.''
Setelah mendengar penjelasan Arab badui tersebut Harun arrasyid sangat gembira hatinya dan memerintahkan pengawalnya untuk memberikan hadiah sebesar 10.000 dirham. Namun Arab badui itu tidak mau menerimanya.
Arab badui : ''Aku tidak membutuhkan 10.000 dirham itu. sana kembalikan pada pemiliknya.''
Pengawal : ''Maukah engkau diberi upah yang dapat mencukupimu sepanjang hidupmu
Arab badui : ''Apa yang akan kamu berikan sudah ada padaku.''
Pengawal : ''Jika engkau punya hutang maka kami sanggup membayarnya.''
Arab badui : ''Tidak.''
Maka seditpun Arab badui tersebut tidak menerima hadiah itu. Kemudian Harun arrasyid menanyakan tentang keluarganya dan negrinya. Lalu diberitahukan kepada Harun, bahwa bahwa Arab badui itu adalah Musa Ar ridho ibn Ja'far As shodiq ibn Muhammad Al baqir ibn Ali Zainal Abidin ibn Al-husain cucu Rasulullah saw. Dia berpakaian ala arab badui karena sangat zuhud terhadap dunia dan sangat wara'. Harun arrasyid lalu mendatangi arab badui tersebut sambil menagis, kemudian meminta maaf atas kelancangannya dan mencium kening arab badui tersebut seraya membaca firman Allah. الله أعلم حيث يجعل رسالته (الأنعام 124
''Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan (Q.S Al-an'an : 124)
lalu harun arrasyidpun memohon do'a dari Arab badui tersebut.
Sholu 'alan Nabi....!
Perajurit Saba
Tiada Daya Upaya Melainkan Karena Allah
- Salam
- Tarim
- Dzikir dan Do'a
- Ulumul Qur'an
- Ulumul Hadits
- Kisah
- Kajian
- Biografi
- Mutiara Hikmah
- Artikel
- Puisi
- Video
- Fathib In Memories Part 1
- Fathib In Memories Part 2
- Fathib In Memories Part 3
- Fathib In Memories Part 4
- Fathib In Memories Part 5
- Fathib In Memories Part 6
- Fathib In Memories Part 7
- Fathib In Memories Part 8
- Fathib In Memories Part 9
- Fathib In Memories Part 10
- Fathib In Memories Part 11
- Fathib In Memories Part 12
- Fathib In Memories Part 13
- Fathib In Memories Part 14
- Fathib In Memories Part 15
- Wisata
Senin, 01 Mei 2017
Senin, 06 Februari 2017
Ketika Fajar Tiba
Langit dini hari selalu memikat. Bintang yang berkilauan nampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat ke-Maha Kuasaan Allah begitu saja. Jam 3 pagi menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang gemintang dan bulan yang sedemikian fitri. ''Diatas sana ada jutaan malaikat sedang berdzikir''.
''Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menaungi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada para malaikat disisi-Nya''.
Jutaan malaikat itu mendo'akan penduduk bumi yang tidak lalai, penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap dibuai siratu tidur''. Dan tatkala fajar merekah kemerahan disebelah timur, hamba Allah masih saja berdzikir dan mengajaknya menikmati keindahan yang menggetarkan itu. Adzan subuh selalu menggetarkan kalbunya. alam seperti bersahut-sahutan mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. setiap kali fajar itu merekah, selalu ada semburat yang baru. Ada keindahan baru, keindahan yang berbeda dari fajar hari-hari yang telah lalu. Rasanya tak ada sastrawan yang mampu mendetailkan keindahan panorama itu dengan bahasa pena. Tak ada pelukis yang mampu melukiskan keindahan itu dalam kanfasnya. Tak ada!! keindahan itu bisa dirasakan, dinikmati dan dihayati.
Langit dini hari selalu memikat kalbu dan fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Hamba Allah masih tetap terduduk diatas sajadahnya. Ia buka jendela kamarnya lebar-lebar. Ia memandangi langit, menikmati fajar dan menghayati dzikir bersama hembusan angin alam yang membawanya ketempat yang terindah.
''Wahai Robb, terimakasih atas segala nikmat-Mu''
Minggu, 05 Februari 2017
Abu Yazid Al-busthomi dan seekor anjing
Siapa yang tidak kenal Abu Yazid Al-busthomi? Seorang wali Allah yang mempunyai derajat yang tinggi disisi-Nya, termasuk pemimpin kaum sufi yang memiliki banyak karomah. Namun siapa sangka beliau pernah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seekor kambing?
Seperti biasanya, Abu Yazid senang berjalan sendiri di malam hari sembari mentadaburi ayat-ayat Allah yang Allah sisipkan dibalik setiap ciptaan-Nya. lalu ia melihat seekor anjing berjalan ke-arahnya. si anjing hanya cuwek saja dan tidak menghiraukan sang syeikh. namun ketika sudah dekat, Abu Yazid mengangkat gamisnya karena khawatir terkena anjing yang najis itu.
Spontan anjing itu berhenti dan memandangi sang syeikh. Entah bagaimana, Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berbicara padanya.
''Tubuhku kering, tidak akan menyebabkan najis padamu. Kalaupun engkau merasa terkena najis, engkau tinggal membasuhnya dengan air 7x dan tanah, maka najis di gamismu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena menganggap engkau yang berbaju badan manusia lebih mulia, dan menanggap diriku yang berbadan anjing ini najis dan hina, maka najis y
ang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walau kau basuh dengan 7 samudra''. Abu Yazid tersentak dan meminta maaf pada anjing itu. Lalu sebagai permintaan maaf-nya, ia mengajak anjing itu untuk bersahabat dan berjalan bersama. Tapi si anjing itu menolaknya ''Engkau tidak pantas berjalan denganku, mereka yang menghormatimu akan mencemoohmu dan melempariku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku begitu hina, padahal aku berserah diri pada Sang Pencipta wujud ini. Lihatlah aku juga tidak membawa dan menyimpan sepotong tulang-pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gAndum dirumahmu''
Lalu anjing itu berjalan meninggalkan Abu Yazid yang masih terdiam, ''duh Gusti, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku tidak pantas, bagaimana aku merasa pantas berjalan dengan-Mu? ampuni aku dan sucikanlah hatiku dari najis''.
Seperti biasanya, Abu Yazid senang berjalan sendiri di malam hari sembari mentadaburi ayat-ayat Allah yang Allah sisipkan dibalik setiap ciptaan-Nya. lalu ia melihat seekor anjing berjalan ke-arahnya. si anjing hanya cuwek saja dan tidak menghiraukan sang syeikh. namun ketika sudah dekat, Abu Yazid mengangkat gamisnya karena khawatir terkena anjing yang najis itu.
Spontan anjing itu berhenti dan memandangi sang syeikh. Entah bagaimana, Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berbicara padanya.
''Tubuhku kering, tidak akan menyebabkan najis padamu. Kalaupun engkau merasa terkena najis, engkau tinggal membasuhnya dengan air 7x dan tanah, maka najis di gamismu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena menganggap engkau yang berbaju badan manusia lebih mulia, dan menanggap diriku yang berbadan anjing ini najis dan hina, maka najis y
ang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walau kau basuh dengan 7 samudra''. Abu Yazid tersentak dan meminta maaf pada anjing itu. Lalu sebagai permintaan maaf-nya, ia mengajak anjing itu untuk bersahabat dan berjalan bersama. Tapi si anjing itu menolaknya ''Engkau tidak pantas berjalan denganku, mereka yang menghormatimu akan mencemoohmu dan melempariku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku begitu hina, padahal aku berserah diri pada Sang Pencipta wujud ini. Lihatlah aku juga tidak membawa dan menyimpan sepotong tulang-pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gAndum dirumahmu''
Lalu anjing itu berjalan meninggalkan Abu Yazid yang masih terdiam, ''duh Gusti, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku tidak pantas, bagaimana aku merasa pantas berjalan dengan-Mu? ampuni aku dan sucikanlah hatiku dari najis''.
Sejak itu Abu Yazid memuliakan dan mengasihi semua makhluk tanpa syarat
*****************************
''Janganlah menganggap dirimu lebih suci dari yang lain, sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang paling suci diantara hamba-hamba-Nya''
''MAKA BENARLAH AKU ADALAH PENDOSA''
Jumat, 28 Oktober 2016
inilah buah bacaanku
Apa yang terbayang dibenak anda seandainya ada seorang raja mengirmkan surat kepada salah seorang rakyat atau pengikutnya, kemudian disampaikan bahwa suratnya sudah diterima dan dibaca dengan suara yang indah: Bismillahirrahmaanirrahiim, dari Raja Agung Fulan kepada Fulan bin Fulan. aku minta anda datang ketempatku esok hari. namun, selesai dibaca surat itu ia tinggalkan begitu saja. pada hari kedua ia ambil surat itu dan ia baca kembali isinya. sementar itu sang Raja bertanya-tanya tentang si fulan yang ia undang untuk datang itu.
''Surat anda sudah sampai ketangannya, Tuan. dia juga sudah memegang dan memperhatikannya''. kata sang pengantar surat. ''ya, tapi dimana dia? bukankah dalam surat itu aku memintanya untuk datang kepadaku?''. kata sang Raja. ''ia sangat menghormati surat tuan, memeganginya, dan membacanya dengan suara yang santun nan indah, yang isinya: wahai fulan, aku memintamu untuk datang esok hari, atau lusa jika esok tidak bisa'', kata sang pengantar surat. Raja berkata '' baik, tetapi dimana dia?'' ''dia sudah membaca surat tuan, apakah itu belum cukup? dia benar-benar sudah membacanya, Tuan!''. kata sang pengantar surat.
Coba anda bayangkan, apakah yang dilakukan fulan itu sudah memuaskan sang Raja? bukankah Al qur'an yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami dan direnungkan isinya, serta dijadikan media untuk menghadap kepada Allah?
Anda membaca ayat ''bergegaslah menjemput ampunan dari Tuhanmu'' (Q.S. Alu Imron: 133) sang Maha Raja mengirimkan surat kepada anda yang berisi perintah: bergegaslah kepada-Ku menjemput ampunan-Ku, ''wahai segenap manusia kalian benar-benar membutuhkan Allah, maka segeralah kembali kepada Allah'' (Q.S. Fathir: 15). disini, kita mendapat bahwasannya sang Maha Raja mengatakan kepada kita dalam surat-Nya, ''cepatlah kembali kepadaku, langkahkan kaki kalian dan menghadaplah kepadaku.'' anda membaca surat itu dengan suara merdu, tetapi kemudian anda letakkan surat itu diatas rak, dan anda tidak menghadap kepada-Nya. apa artinya ini? artinya anda tidak menerima surat itu secara baik dan tidak memahami maksudnya!.
Pada masanya, Hasan Al bashri pernah mencela sebagian orang yang membaca Al qur'an, ''celakalah kalian, Al qur'an yang Allah turunkan agar kalian membaca dan mengamalkannya, namun kalian hanya sekedar membacanya saja.''
Maka dari itu, ketika aku membaca Al qur'an, aku sebenarnya sedang membaca undangan Allah, dan aku harus menghadiri-Nya. membaca Al qur'an pada hakikatnya membuahkan kesadaran bahwa aku tegah menghadap kepada Allah. inilah sebagian tujuan membaca Al qur'an. tetapi, sampai kapankah surat ini dapat aku perhatikan dan aku pahami sepenuh hati?
Cobalah anda renungkan makna-makna spiritual ini pada malam-malam anda, sehingga anda dapat memetik hasilnya. jika perenungan anda kemudian anda sertai dengan memperhatikan ilhwal dan perjalanan hidup para Shiddiqin menuju Allah, niscaya dihati anda akan tumbuh dorongan dan semangat untuk menghadap Allah.
Cobalah anda perhatikan benar-benar perihal neraka dan keadaan orang-orang yang dilemparkan kesana -semoga Allah melindungi kita darinya- bagaimana keadaan mereka pada malam pertama tinggal disana, dengan pintu terkunci semua, dan mereka berada didalamnya? sebagai perumpamaan, andai kata suatu pengajian diadakan ditengah terik matahari, adakah diantara kita yang dapat duduk dengan tenang? cobalah bagaimana halnya jika di pinggir tungku? bagaimana halnya jika di neraka jahanam?
Bahkan, seandainya di neraka jahanam itu tidak ada siksaan dan tidak ada pembakaran, namun hanya ada seperti yang Allah firmankan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku'' (Q.S. Al mu'minun :108), niscaya hal itu sudah lebih dari cukup membuat penghuninya menderita dan merasakan kepedihan yang sangat hebat, bagi orang-orang yang memahami. saya berani bersumpah Demi Allah, andaikata di neraka jahanam terdapat kebun-kebun, tersedia berbagai makanan dan minuman serta istana yang megah, tetapi kepada para penghuninya Allah katakan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku,'' dapat dipastikan hal itu sudah cukup menyiksa dan pedih tidak terkira rasanya. saya dan kalian mau- tidak mau pasti akan lewat diatas neraka ini. jika tidak lolos ke surga, negeri abadi yang diliputi ridha Allah, maka kita akan jatuh kedasar neraka ini. mudah-mudahan kita dilindungi Allah darinya.
Sekarang, coba renungkan suasana ketika Allah menyambut para kekasih-Nya disurga. renungkanlah saat DIA menampakkan diri-Nya kepada mereka dan bertanya, ''maukah kalian aku beri lagi? aku anugerahi lagi? aku tambahi lagi?'' mereka menjawab, ''tentu wahai Tuhan kami, apa lagi gerangan yang akan Engkau berikan? apa lagi gerangan yang ingin engkau tambahkan? bukankah kami telah Engkau anugerahi surga, tempat kami bebas tinggal sesuka hati kami?'' Allah lantas berfirman, ''Aku telah menghlalkan ridha-Ku kepada kalian, maka Aku takkan memarahi kalian selamanya.'' (H.R. Bukhori) dan ''Aku perkenankan kalian menatap wajah-Ku yang mulia''. seandainya di surga tidak ada apapun kecuali firman Allah tersebut, itu sudah lebih dari cukup. sebab, itulah hal paling mulia di surga. andaikata surga sebuah lembah yang luas, tanpa ada kenikmatan apapun disitu selain firman Allah diatas, niscaya hal itu sudah cukup bagi mereka yang mempunyai cita rasa dan pemahaman serta hati yang mantap serta terbebas dari berbagai penyakit. itu sudah cukup membuat mereka terbang menuju Allah. disitulah mereka mendapatkan sesuatu yang tidak pernah terlihat mata, terdengar telinga, dan terlintas dihati mereka.
Jika makna-makna spiritual ini direnungkan oleh orang yang hatinya tulus, maka hal ini akan menjadi jalan bagi mereka menuju Allah, yang pada gilirannya akan menumbuhkan semangat untuk mendekat kepada-Nya.
Dalam konteks lingkungan sosial, apabila seseorang hendak mengundang kehadiran orang lain yang memiliki hubungan kekerabtan, pernikahan, bisnis atau yang lainnya, biasanya ia mengirimkan surat undangan. adapun surat undangan untuk menghadiri area kedekatan, ma'rifat, dan keridhoan Allah adalah dorongan yang ia tancapkan kehati anda. jika suatu saat nanti dihati anda terlintas perasaan seperti itu, dan begitu kuat menguasai hati anda, maka katakanah oleh anda: aku harus menghadap kepada Allah dan tidak boleh aku sia-siakan waktuku ini. siapa tahu malam ini aku mati, sementara aku belum sampai pada titik terdalam makna berhubungan dengan Allah.
''Surat anda sudah sampai ketangannya, Tuan. dia juga sudah memegang dan memperhatikannya''. kata sang pengantar surat. ''ya, tapi dimana dia? bukankah dalam surat itu aku memintanya untuk datang kepadaku?''. kata sang Raja. ''ia sangat menghormati surat tuan, memeganginya, dan membacanya dengan suara yang santun nan indah, yang isinya: wahai fulan, aku memintamu untuk datang esok hari, atau lusa jika esok tidak bisa'', kata sang pengantar surat. Raja berkata '' baik, tetapi dimana dia?'' ''dia sudah membaca surat tuan, apakah itu belum cukup? dia benar-benar sudah membacanya, Tuan!''. kata sang pengantar surat.
Coba anda bayangkan, apakah yang dilakukan fulan itu sudah memuaskan sang Raja? bukankah Al qur'an yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami dan direnungkan isinya, serta dijadikan media untuk menghadap kepada Allah?
Anda membaca ayat ''bergegaslah menjemput ampunan dari Tuhanmu'' (Q.S. Alu Imron: 133) sang Maha Raja mengirimkan surat kepada anda yang berisi perintah: bergegaslah kepada-Ku menjemput ampunan-Ku, ''wahai segenap manusia kalian benar-benar membutuhkan Allah, maka segeralah kembali kepada Allah'' (Q.S. Fathir: 15). disini, kita mendapat bahwasannya sang Maha Raja mengatakan kepada kita dalam surat-Nya, ''cepatlah kembali kepadaku, langkahkan kaki kalian dan menghadaplah kepadaku.'' anda membaca surat itu dengan suara merdu, tetapi kemudian anda letakkan surat itu diatas rak, dan anda tidak menghadap kepada-Nya. apa artinya ini? artinya anda tidak menerima surat itu secara baik dan tidak memahami maksudnya!.
Pada masanya, Hasan Al bashri pernah mencela sebagian orang yang membaca Al qur'an, ''celakalah kalian, Al qur'an yang Allah turunkan agar kalian membaca dan mengamalkannya, namun kalian hanya sekedar membacanya saja.''
Maka dari itu, ketika aku membaca Al qur'an, aku sebenarnya sedang membaca undangan Allah, dan aku harus menghadiri-Nya. membaca Al qur'an pada hakikatnya membuahkan kesadaran bahwa aku tegah menghadap kepada Allah. inilah sebagian tujuan membaca Al qur'an. tetapi, sampai kapankah surat ini dapat aku perhatikan dan aku pahami sepenuh hati?
Cobalah anda renungkan makna-makna spiritual ini pada malam-malam anda, sehingga anda dapat memetik hasilnya. jika perenungan anda kemudian anda sertai dengan memperhatikan ilhwal dan perjalanan hidup para Shiddiqin menuju Allah, niscaya dihati anda akan tumbuh dorongan dan semangat untuk menghadap Allah.
Cobalah anda perhatikan benar-benar perihal neraka dan keadaan orang-orang yang dilemparkan kesana -semoga Allah melindungi kita darinya- bagaimana keadaan mereka pada malam pertama tinggal disana, dengan pintu terkunci semua, dan mereka berada didalamnya? sebagai perumpamaan, andai kata suatu pengajian diadakan ditengah terik matahari, adakah diantara kita yang dapat duduk dengan tenang? cobalah bagaimana halnya jika di pinggir tungku? bagaimana halnya jika di neraka jahanam?
Bahkan, seandainya di neraka jahanam itu tidak ada siksaan dan tidak ada pembakaran, namun hanya ada seperti yang Allah firmankan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku'' (Q.S. Al mu'minun :108), niscaya hal itu sudah lebih dari cukup membuat penghuninya menderita dan merasakan kepedihan yang sangat hebat, bagi orang-orang yang memahami. saya berani bersumpah Demi Allah, andaikata di neraka jahanam terdapat kebun-kebun, tersedia berbagai makanan dan minuman serta istana yang megah, tetapi kepada para penghuninya Allah katakan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku,'' dapat dipastikan hal itu sudah cukup menyiksa dan pedih tidak terkira rasanya. saya dan kalian mau- tidak mau pasti akan lewat diatas neraka ini. jika tidak lolos ke surga, negeri abadi yang diliputi ridha Allah, maka kita akan jatuh kedasar neraka ini. mudah-mudahan kita dilindungi Allah darinya.
Sekarang, coba renungkan suasana ketika Allah menyambut para kekasih-Nya disurga. renungkanlah saat DIA menampakkan diri-Nya kepada mereka dan bertanya, ''maukah kalian aku beri lagi? aku anugerahi lagi? aku tambahi lagi?'' mereka menjawab, ''tentu wahai Tuhan kami, apa lagi gerangan yang akan Engkau berikan? apa lagi gerangan yang ingin engkau tambahkan? bukankah kami telah Engkau anugerahi surga, tempat kami bebas tinggal sesuka hati kami?'' Allah lantas berfirman, ''Aku telah menghlalkan ridha-Ku kepada kalian, maka Aku takkan memarahi kalian selamanya.'' (H.R. Bukhori) dan ''Aku perkenankan kalian menatap wajah-Ku yang mulia''. seandainya di surga tidak ada apapun kecuali firman Allah tersebut, itu sudah lebih dari cukup. sebab, itulah hal paling mulia di surga. andaikata surga sebuah lembah yang luas, tanpa ada kenikmatan apapun disitu selain firman Allah diatas, niscaya hal itu sudah cukup bagi mereka yang mempunyai cita rasa dan pemahaman serta hati yang mantap serta terbebas dari berbagai penyakit. itu sudah cukup membuat mereka terbang menuju Allah. disitulah mereka mendapatkan sesuatu yang tidak pernah terlihat mata, terdengar telinga, dan terlintas dihati mereka.
Jika makna-makna spiritual ini direnungkan oleh orang yang hatinya tulus, maka hal ini akan menjadi jalan bagi mereka menuju Allah, yang pada gilirannya akan menumbuhkan semangat untuk mendekat kepada-Nya.
Dalam konteks lingkungan sosial, apabila seseorang hendak mengundang kehadiran orang lain yang memiliki hubungan kekerabtan, pernikahan, bisnis atau yang lainnya, biasanya ia mengirimkan surat undangan. adapun surat undangan untuk menghadiri area kedekatan, ma'rifat, dan keridhoan Allah adalah dorongan yang ia tancapkan kehati anda. jika suatu saat nanti dihati anda terlintas perasaan seperti itu, dan begitu kuat menguasai hati anda, maka katakanah oleh anda: aku harus menghadap kepada Allah dan tidak boleh aku sia-siakan waktuku ini. siapa tahu malam ini aku mati, sementara aku belum sampai pada titik terdalam makna berhubungan dengan Allah.
Kamis, 27 Oktober 2016
Baik Karena Teman Baik
Bisa jadi terlintas dalam benak seorang mukmin -meskipun hanya sekilas- sepercik kesadaran ; "bagaimana bisa aku terpuruk dalam kubangan aib tanpa pernah kusadari? kenapa aku belum juga beranjak menuju Allah? waktuku hilang, umurku melayang, tetapi tidak sejengkal pun aku bertambah dekat kepada Allah. tidak pula bertambah pengetahuanku tentang-Nya. semua berlalu sia-sia".
Sayangnya, sepercik kesadaran ini segera dihadang nafsu jahat. dengan dibantu setan, nafsu ini mencoba mengendurkan semangat orang mukmin tadi, melancarkan bujuk rayu dan godaannya; engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lain, bersyukurlah! lihatlah keadaan manusia pada zaman edan ini. engkau sudah mengerjakan sholat, berhaji, berumrah, bersedekah, berzikir kepada Allah, dan bersholawat kepada Nabi. cobalah perhatikan orang itu; ia jauh dari Allah. dibandingkan dengan dirimu, ia tidak ada apa-apanya. engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Rayuan maut dari kolaborasi antara nafsu dan setan tadi menghadang manusia untuk menghancurkan dan menjauhkannya dari momen-monen ketika ia sebetulnya telah berada dalam cahaya Allah untuk mencela hawa nafsu tersebut.
tiada yang mencela dirinya
sehebat orang merdeka yang luhur dan mulia
dan orang menjadi baik
tergantung dengan siapa ia duduk
Setiap kali momen untuk menelisik diri sendiri mendatangi seorang mukmin, saat itu pula lah nafsu jahat datang menutupi aib itu rapat-rapat. memang benar bahwa ada banyak orang yang lebih buruk daripada anda, tetapi apakah anda diciptakan untuk memandang orang yang lebih buruk itu? berapa kali anda melihat orang menaiki mobil lebih bagus daripada mobil anda, lalu anda berharap mempunyai mobil yang sama? bukankah sering sekali anda menyaksikan seseorang mengenakan busana lebih mahal dibanding busana yang anda kenakan, lalu anda berharap memilikinya juga? bukankah sering pula anda mendengar seseorang mendapat limpahan harta dunia, lalu anda berharap mendapatkan hal serupa?
Kenapa anda tidak bersyukur? bukankah sebagian orang kelaparan? sementara anda kekenyangan? bukankah sebagian orang tidak memiliki pakaian atau kendaraan, sedangkan anda memilikinya? mengapa dalam urusan dunia anda melihat keatas, sementara dalam urusan akhirat anda memandang kebawah? tahukah anda apa penyebabnya? itulah nafsu yang tidak anda bersihkan dan tidak anda didik. dialah musuh terbesar anda yang menghambat perjalanan anda menuju Allah. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. sesungguhnya Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang (Q.S. Yusuf: 53)
Sayangnya, sepercik kesadaran ini segera dihadang nafsu jahat. dengan dibantu setan, nafsu ini mencoba mengendurkan semangat orang mukmin tadi, melancarkan bujuk rayu dan godaannya; engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lain, bersyukurlah! lihatlah keadaan manusia pada zaman edan ini. engkau sudah mengerjakan sholat, berhaji, berumrah, bersedekah, berzikir kepada Allah, dan bersholawat kepada Nabi. cobalah perhatikan orang itu; ia jauh dari Allah. dibandingkan dengan dirimu, ia tidak ada apa-apanya. engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Rayuan maut dari kolaborasi antara nafsu dan setan tadi menghadang manusia untuk menghancurkan dan menjauhkannya dari momen-monen ketika ia sebetulnya telah berada dalam cahaya Allah untuk mencela hawa nafsu tersebut.
tiada yang mencela dirinya
sehebat orang merdeka yang luhur dan mulia
dan orang menjadi baik
tergantung dengan siapa ia duduk
Setiap kali momen untuk menelisik diri sendiri mendatangi seorang mukmin, saat itu pula lah nafsu jahat datang menutupi aib itu rapat-rapat. memang benar bahwa ada banyak orang yang lebih buruk daripada anda, tetapi apakah anda diciptakan untuk memandang orang yang lebih buruk itu? berapa kali anda melihat orang menaiki mobil lebih bagus daripada mobil anda, lalu anda berharap mempunyai mobil yang sama? bukankah sering sekali anda menyaksikan seseorang mengenakan busana lebih mahal dibanding busana yang anda kenakan, lalu anda berharap memilikinya juga? bukankah sering pula anda mendengar seseorang mendapat limpahan harta dunia, lalu anda berharap mendapatkan hal serupa?
Kenapa anda tidak bersyukur? bukankah sebagian orang kelaparan? sementara anda kekenyangan? bukankah sebagian orang tidak memiliki pakaian atau kendaraan, sedangkan anda memilikinya? mengapa dalam urusan dunia anda melihat keatas, sementara dalam urusan akhirat anda memandang kebawah? tahukah anda apa penyebabnya? itulah nafsu yang tidak anda bersihkan dan tidak anda didik. dialah musuh terbesar anda yang menghambat perjalanan anda menuju Allah. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. sesungguhnya Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang (Q.S. Yusuf: 53)
Jumat, 09 Oktober 2015
IKHLAS ITU , , ,
Ikhlas itu,,, ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.
Ikhlas itu,,, ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tidak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.
Ikhlas itu,,, ketika amal tidak bersambut apresiasi, tak membuatmu urung bertanding.
Ikhlas itu,,, ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.
Ikhlas itu,,, ketika sepi atau ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan yang lurus dan terus melangkah.
Ikhlas itu,,, ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisimu, apa peranmu dibanding apa kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.
Ikhlas itu,,, ketika ketersinggungan pribadi tidak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.
Ikhlas itu,,, ketika posisimu diatas, tak membuatmu jumawa. ketika posisimu dibawah tak membuatmu ogah bekerja.
Ikhlas itu,,, ketika khilaf mendorongmu untuk minta maaf, ketika salah mendorongmu untuk berbenah, ketika ketinggalan mendorongmu untuk menambah kecepatan.
Ikhlas itu,,, ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya. ketika kezalimannya terhadapmu tidak kau balas dengan kezlimanmu terhadapnya.
Ikhlas itu,,, ketika kau hadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta.
Ikhlas itu,,, gampang diucapkan,, sulit diterapkan,, namun tidak mustahil diusahakan.
Setiap Yang Baru Bid'ah, Setiap Yang Bid'ah Sesat
Tetapi, tahukah anda bahwa kata ''setiap'' memiliki arti berbeda menurut ahli bahasa dan ushul fiqh?. jangan coba-coba memaknai sebuah teks tanpa merujuk pada pendapat para ulama jika tidak mau umat ini tertimpa bencana besar. tidak sedikit orang yang dengan dalih mengikuti Nabi dan menjauhkan diri dari bid'ah malah terjebak oleh hal-hal yang sifatnya permukaan, tidak mampu menangkap isi sebuah pesan. sepanjang bulan dan tahun ia sibuk mengurusi orang lain. menuduh keluarga fulan ahlu bidah, keluarga fulan berbuat syirik, keluarga fulan begini, keluarga fulan begitu, kelompok ini kerjanya begini, kelompok itu kerjanya begitu. tidak pernah terlintas sejenakpun untuk merenungkan aib dirinya sendiri dihadapan Allah. selama ini, sudahkah ia bersimpuh seraya menghinakan dirinya dihadapan-Nya? sudah mampukah ia mengendalikan hawa nafsu dalam beriteraksi dengan sesama? ia malah tidak henti-hentinya mengurusi orang lain, seolah-olah dirinya hakim kepercayaan Tuhan yang diberi tugas memutuskan seluruh persoalan manusia.
Mestinya, ia menengok kebelakang, menyimak apa yang dikatakan Al bukhori tentang hadits bid'ah tersebut. dalam kitab fathul baari karya imam ibn hajar al asqalani, syarah terbesar dari kitab hadits shahih bukhari karya imam al bukhori ditegaskan bahwa dalam hal bid'ah berlaku lima hukum. jadi, ada bid'ah wajib, bid'ah sunah, bid'ah makruh dan bid'ah haram.
Bid'ah wajib, misalnya, menulis buku atau literatur untuk membantah mereka yang menyerang islam dan menyesatkan kaum muslimin. termasuk bid'ah wajib, yang dilakukan sahabat abu bakar, yaitu menghimpun Al qur'an kedalam satu mushaf. sebelum melakukan itu, ia bermusyawarah dengan sahabat Umar. usai bermusyawarah ia memanggil Zaid ibn Tsabit ''kami bermaksud menghimpun Al qur'an dalam satu mushaf'' kata Abu bakar. ''tetapi ini tidak dilakukan Rasulullah. ini bid'ah'' tanggap Zaid. ''benar, tetapi ini baik. para penghafal Al qur'an banyak yang gugur dalam pertempuran menumpas kaum murtad. kami mencemaskan Al qur'an, meskipun Allah menjamin akan menjaganya''. jelas Abu bakar.
Ini berarti bahwa berbuat sesuatu yang tidak dikerjakan Rasulullah, namun disukai Allah, layak dilaksanakan. alasannya bukan semata-mata hal itu dilakukan oleh Abu bakar yang merupakan khalifah sehingga berhak menetapkan suatu sunah, melainkan juga karena sebab yang melatar belakanginya, yaitu adanya nilai kebaikan. ketika Zaid keberatan karena kodifikasi Al qur'an tidak dilakukan Rasulullah, Abu bakar beralasan, ''tetapi, ini baik''. cobalah anda renungkan, disitu ada nilai kebaikan yang dinyatakan secara tersurat dalam dalil syari'at yang sifatnya khusus, dan secara tersirat masuk dalam semangat dalil syari'at yang sifatnya umum.
Jika ada buku yang isinya memojokkan Rasulullah, dan buku itu berpengaruh luas, maka kita wajib menulis buku sanggahan, meskipun hal ini tidak terjadi pada masa Rasulullah. walaupun waktu itu belum ada penulisan buku, tetapi sekarang menjadi wajib.
Bid'ah sunah, misalnya mendirikan sekolah, khusus menghafal Al qur'an. apakah Rasulullah mendirikan sekolah seperti ini? apakah beliau mendirikan perguruan tinggi untuk mengajarkan syari'at islam? tidak, beliau tidak melakukan itu. apakah beliau mengumpulkan orang-orang? tidak, beliau hanya mengumpulkan sahabat. apakah tokoh-tokoh islam pada abad-abad pertama islam mengumpulkan orang-orang untuk mengerjakan shalat terawih bersama, dan membaca Al qur'an dalam shalat terawih itu satu juz setiap malam hingga khatam pada terawih akhir ramadhan? bahkan, setelah mengumpulkan orang-orang dan mengerjakan terawih berjamaah sebanyak dua puluh raka'at, Umar berkata, ''ini adalah bid'ah yang baik''. Umar tidak menghatamkan Al qur'an dalam terawih itu, tidak juga membatasi khatam pada malam 29 atau 27 ramadhan. semua ini tidak terjadi baik pada masa sahabat maupun masa tabi'in. ini bid'ah, tapi bid'ah yang sunah.
Menurut imam syafi'i, bid'ah yang terpuji adalah yang merujuk pada salah satu sumber agama. ini syarat pertama. kita harus mengacu pada sumber syari'at. syarat kedua, tidak menyalahi salah satu hukum Allah.
Ada bid'ah yang diharamkan. inilah bid'ah yang dilarang Rasulullah, yang menyalahi syari'at beliau dan tidak memiliki sumber dalam agama. beliau bersabda, ''ada dua kelompok penghuni neraka yang tidak akan aku lihat mereka''. karena mereka melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah. ''kelompok pertama, laki-laki yang memukul orang lain dengan cambuk mirip ekor sapi. kelompok kedua, perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan gaya erotis dan sensual, serta memikat kaum lelaki dengan memperlihatkan tubuh, perhiasan, atau kecantikannya. mereka ini takkan masuk surga, bahkan takkan mencium aromanya. padahal, aroma surga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.(hadits ini banyak versinya).
Itulah bid'ah yang dilarang Rasulullah. sebab, agama telah menetapkan dengan tegas bahwa wanita wajib menutup aurat mereka yang membuka aurat jelas menyalahi ketetapan ini. atas dasar inilah imam ibn hajar, sebagaimana halnya imam al nawawi dalam syarh shahih muslim-nya membagi bid'ah kedalam kategori hukum yang lima tersebut.
Ringkasnya, ada bid'ah secara bahasa, ada juga bid'ah secara syari'at. secara bahasa, bid'ah artinya hal apa saja yang baru, tanpa ada batasan. ''setiap yang baru adalah bid'ah''. ini secara bahasa, dan disinilah berlaku hukum yang lima itu. ada bid'ah yang secara syari'at tidak memiliki sumber dalam agama. ''siapa saja yang berbuat bid'ah menyangkut hal-hal yang tidak termasuk urusan kami, maka itu ditolak''.
Menurut ulama ushul, dibalik teks tersurat (manthuk al nash) terdapat pemahaman tersirat (mafhum al nash). ''siapa saja berbuat bid'ah menyangkut hal-hal yang tidak termasuk urusan kami, maka itu ditolak'', adalah arti tersurat, sedangkan arti tersiratnya, ''siapa saja berbuat bid'ah menyangkut sesuatu yang termasuk urusan kami, maka itu tidak ditolak''.
Oleh karena itu, ketika menjelaskan hadits ini didalam syarh shahih muslim-nya, imam al nawawi - dan para ulama salaf pada umumnya - mengatakan bahwa untuk memahami hadits ini kita harus merujuk pada makna kata ''setiap''. secara bahasa kata ''setiap'' bermakna universal. tetapi dalam syari'at terkadang bermakna partikular, seperti dalam ayat ...ada seorang raja yang merampas setiap bahtera (Q.S Al kahfi. 79). kenyataannya, tidak setiap bahtera diambil raja. karena itu, khidir merusak sebagian kapal yang ia tumpangi agar terlihat buruk, sehingga raja tidak tertarik untuk merampasnya.
Langganan:
Postingan (Atom)