Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekedar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya. Mohon do'akan kami semoga selalu istiqomah dalam kebaikan Perajurit Saba: 2016

Jumat, 28 Oktober 2016

inilah buah bacaanku

Apa yang terbayang dibenak anda seandainya ada seorang raja mengirmkan surat kepada salah seorang rakyat atau pengikutnya, kemudian disampaikan bahwa suratnya sudah diterima dan dibaca dengan suara yang indah: Bismillahirrahmaanirrahiim, dari Raja Agung Fulan kepada Fulan bin Fulan. aku minta anda datang ketempatku esok hari. namun, selesai dibaca surat itu ia tinggalkan begitu saja. pada hari kedua ia ambil surat itu dan ia baca kembali isinya. sementar itu sang Raja bertanya-tanya tentang si fulan yang ia undang untuk datang itu.

''Surat anda sudah sampai ketangannya, Tuan. dia juga sudah memegang dan memperhatikannya''. kata sang pengantar surat. ''ya, tapi dimana dia? bukankah dalam surat itu aku memintanya untuk datang kepadaku?''. kata sang Raja. ''ia sangat menghormati surat tuan, memeganginya, dan membacanya dengan suara yang santun nan indah, yang isinya: wahai fulan, aku memintamu untuk datang esok hari, atau lusa jika esok tidak bisa'', kata sang pengantar surat. Raja berkata '' baik, tetapi dimana dia?'' ''dia sudah membaca surat tuan, apakah itu belum cukup? dia benar-benar sudah membacanya, Tuan!''. kata sang pengantar surat.

Coba anda bayangkan, apakah yang dilakukan fulan itu sudah memuaskan sang Raja? bukankah Al qur'an yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami dan direnungkan isinya, serta dijadikan media untuk menghadap kepada Allah?

Anda membaca ayat ''bergegaslah menjemput ampunan dari Tuhanmu'' (Q.S. Alu Imron: 133) sang Maha Raja mengirimkan surat kepada anda yang berisi perintah: bergegaslah kepada-Ku menjemput ampunan-Ku, ''wahai segenap manusia kalian benar-benar membutuhkan Allah, maka segeralah kembali kepada Allah'' (Q.S. Fathir: 15). disini, kita mendapat bahwasannya sang Maha Raja mengatakan kepada kita dalam surat-Nya,  ''cepatlah kembali kepadaku, langkahkan kaki kalian dan menghadaplah kepadaku.'' anda membaca surat itu dengan suara merdu, tetapi kemudian anda letakkan surat itu diatas rak, dan anda tidak menghadap kepada-Nya. apa artinya ini? artinya anda tidak menerima surat itu secara baik dan tidak memahami maksudnya!.

Pada masanya, Hasan Al bashri pernah mencela sebagian orang yang membaca Al qur'an, ''celakalah kalian, Al qur'an yang Allah turunkan agar kalian membaca dan mengamalkannya, namun kalian hanya sekedar membacanya saja.''

Maka dari itu, ketika aku membaca Al qur'an, aku sebenarnya sedang membaca undangan Allah, dan aku harus menghadiri-Nya. membaca Al qur'an pada hakikatnya membuahkan kesadaran bahwa aku tegah menghadap kepada Allah. inilah sebagian tujuan membaca Al qur'an. tetapi, sampai kapankah surat ini dapat aku perhatikan dan aku pahami sepenuh hati?

Cobalah anda renungkan makna-makna spiritual ini pada malam-malam anda, sehingga anda dapat memetik hasilnya. jika perenungan anda kemudian anda sertai dengan memperhatikan ilhwal dan perjalanan hidup para Shiddiqin menuju Allah, niscaya dihati anda akan tumbuh dorongan dan semangat untuk menghadap Allah.

Cobalah anda perhatikan benar-benar perihal neraka dan keadaan orang-orang yang dilemparkan kesana -semoga Allah melindungi kita darinya- bagaimana keadaan mereka pada malam pertama tinggal disana, dengan pintu terkunci semua, dan mereka berada didalamnya? sebagai perumpamaan, andai kata suatu pengajian diadakan ditengah terik matahari, adakah diantara kita yang dapat duduk dengan tenang? cobalah bagaimana halnya jika di pinggir tungku? bagaimana halnya jika di neraka jahanam?

Bahkan, seandainya di neraka jahanam itu tidak ada siksaan dan tidak ada pembakaran, namun hanya ada seperti yang Allah firmankan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku'' (Q.S. Al mu'minun :108), niscaya hal itu sudah lebih dari cukup membuat penghuninya menderita dan merasakan kepedihan yang sangat hebat, bagi orang-orang yang memahami. saya berani bersumpah Demi Allah, andaikata di neraka jahanam terdapat kebun-kebun, tersedia berbagai makanan dan minuman serta istana yang megah, tetapi kepada para penghuninya Allah katakan ''tinggallah dengan hina didalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku,'' dapat dipastikan hal itu sudah cukup menyiksa dan pedih tidak terkira rasanya. saya dan kalian mau- tidak mau pasti akan lewat diatas neraka ini. jika tidak lolos ke surga, negeri abadi yang diliputi ridha Allah, maka kita akan jatuh kedasar neraka ini. mudah-mudahan kita dilindungi Allah darinya.

Sekarang, coba renungkan suasana ketika Allah menyambut para kekasih-Nya disurga. renungkanlah saat DIA menampakkan diri-Nya kepada mereka dan bertanya, ''maukah kalian aku beri lagi? aku anugerahi lagi? aku tambahi lagi?'' mereka menjawab, ''tentu wahai Tuhan kami, apa lagi gerangan yang akan Engkau berikan? apa lagi gerangan yang ingin engkau tambahkan? bukankah kami telah Engkau anugerahi surga, tempat kami bebas tinggal sesuka hati kami?'' Allah lantas berfirman, ''Aku telah menghlalkan ridha-Ku kepada kalian, maka Aku takkan memarahi kalian selamanya.'' (H.R. Bukhori) dan ''Aku perkenankan kalian menatap wajah-Ku yang mulia''. seandainya di surga tidak ada apapun kecuali firman Allah tersebut, itu sudah lebih dari cukup. sebab, itulah hal paling mulia di surga. andaikata surga sebuah lembah yang luas, tanpa ada kenikmatan apapun disitu selain firman Allah diatas, niscaya hal itu sudah cukup bagi mereka yang mempunyai cita rasa dan pemahaman serta hati yang mantap serta terbebas dari berbagai penyakit. itu sudah cukup membuat mereka terbang menuju Allah. disitulah mereka mendapatkan sesuatu yang tidak pernah terlihat mata, terdengar telinga, dan terlintas dihati mereka.

Jika makna-makna spiritual ini direnungkan oleh orang yang hatinya tulus, maka hal ini akan menjadi jalan bagi mereka menuju Allah, yang pada gilirannya akan menumbuhkan semangat untuk mendekat kepada-Nya.

Dalam konteks lingkungan sosial, apabila seseorang hendak mengundang kehadiran orang lain yang memiliki hubungan kekerabtan, pernikahan, bisnis atau yang lainnya, biasanya ia mengirimkan surat undangan. adapun surat undangan untuk menghadiri area kedekatan, ma'rifat, dan keridhoan Allah adalah dorongan yang ia tancapkan kehati anda. jika suatu saat nanti dihati anda terlintas perasaan seperti itu, dan begitu kuat menguasai hati anda, maka katakanah oleh anda: aku harus menghadap kepada Allah dan tidak boleh aku sia-siakan waktuku ini. siapa tahu malam ini aku mati, sementara aku belum sampai pada titik terdalam makna berhubungan dengan Allah.

Kamis, 27 Oktober 2016

Baik Karena Teman Baik

Bisa jadi terlintas dalam benak seorang mukmin -meskipun hanya sekilas- sepercik kesadaran ; "bagaimana bisa aku terpuruk dalam kubangan aib tanpa pernah kusadari? kenapa aku belum juga beranjak menuju Allah? waktuku hilang, umurku melayang, tetapi tidak sejengkal pun aku bertambah dekat kepada Allah. tidak pula bertambah pengetahuanku tentang-Nya. semua berlalu sia-sia".

Sayangnya, sepercik kesadaran ini segera dihadang nafsu jahat. dengan dibantu setan, nafsu ini mencoba mengendurkan semangat orang mukmin tadi, melancarkan bujuk rayu dan godaannya; engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lain, bersyukurlah! lihatlah keadaan manusia pada zaman edan ini. engkau sudah mengerjakan sholat, berhaji, berumrah, bersedekah, berzikir kepada Allah, dan bersholawat kepada Nabi. cobalah perhatikan orang itu; ia jauh dari Allah. dibandingkan dengan dirimu, ia tidak ada apa-apanya. engkau masih lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.

Rayuan maut dari kolaborasi antara nafsu dan setan tadi menghadang manusia untuk menghancurkan dan menjauhkannya dari momen-monen ketika ia sebetulnya telah berada dalam cahaya Allah untuk mencela hawa nafsu tersebut.

tiada yang mencela dirinya
sehebat orang merdeka yang luhur dan mulia
dan orang menjadi baik
tergantung dengan siapa ia duduk

Setiap kali momen untuk menelisik diri sendiri mendatangi seorang mukmin, saat itu pula lah nafsu jahat datang menutupi aib itu rapat-rapat. memang benar bahwa ada banyak orang yang lebih buruk daripada anda, tetapi apakah anda diciptakan untuk memandang orang yang lebih buruk itu? berapa kali anda melihat orang menaiki mobil lebih bagus daripada mobil anda, lalu anda berharap mempunyai mobil yang sama? bukankah sering sekali anda menyaksikan seseorang mengenakan busana lebih mahal dibanding busana yang anda kenakan, lalu anda berharap memilikinya juga? bukankah sering pula anda mendengar seseorang mendapat limpahan harta dunia, lalu anda berharap mendapatkan hal serupa?

Kenapa anda tidak bersyukur? bukankah sebagian orang kelaparan? sementara anda kekenyangan? bukankah sebagian orang tidak memiliki pakaian atau kendaraan, sedangkan anda memilikinya? mengapa dalam urusan dunia anda melihat keatas, sementara dalam urusan akhirat anda memandang kebawah? tahukah anda apa penyebabnya? itulah nafsu yang tidak anda bersihkan dan tidak anda didik. dialah musuh terbesar anda yang menghambat perjalanan anda menuju Allah. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. sesungguhnya Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang (Q.S. Yusuf: 53)