Dikisahkan bahwasannya Harun Arrasyid hendak mengerjakan thowaf sendirian, beliau melarang orang lain berthowaf. Tiba-tiba Harun didahului seorang arab badui. Maka pengawal Harun arrasyid pun membentak siarab badui tersebut seraya mengatakan ''kamu jangan thowaf sampai amirul mu'minin selesai thowaf''. siarab baduipun menjawab ''bahwasannya Allah menyamakan hak antara pemimpin dan rakyat dalam hal ini. Allah swt berfirman
سواء العاكف فيه والباد ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب أليم (الحاج : 25
''sama dalam masjidil haram antara yang bermukim disitu maupun dipadang pasir, dan barang siapa bermaksud didalamnya melakukan kejahatan secara dzalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih''
setelah Harun arrasyid mendengarnya, beliau lalu melarang pengawalnya mencegah arab badui tersebut. lalu Harun arrasyid datang kehajar aswad untuk menciumnya, namun didahului oleh arab badui itu. kemudian Harun arrasyid menuju kehijr Ismail untuk melakukan sholat disitu. namun lagi-lagi didahului oleh arab badui tersebut. Maka Harun arrasyid tetap sholat disitu. Seusai sholat beliau menyuruh pengawalnya untuk mendatangi arab badui tadi. Kemudian terjadi percakapan antara pengawaal dan arab badui.
Pengawal : ''Laksanakanlah perintah amirul mu'minin''
Arab badui : ''Aku tidak ada kepentingan padanya, jika amirul mu'minin memerlukan aku, maka dialah yang harus datang''
kemudian datanglah Harun arrasyid seraya mengucapkan salam dan Arab baduipun menjawabnya. lalu terjadi percakapan antara keduanya.
Harun : ''Hai saudara arab, aku duduk disini memenuhi permintaanmu''
Arab badui : ''Baitullah ini bukan rumahku, tanah haram ini bukan tanah haramku, disini kedudukan diantara kita sama. jika kamu ingin duduk maka duduklah, jika ingin pergi maka pergilah''
lalu Harun arrasyid duduk dan berkata
Harun : ''Hai Arab badui, aku mau bertanya padamu tentang satu fardhu, jika kamu dapat menjawabnya maka kamu akan dapat menjawab fardhu yang lain. Tapi jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka pertanyaan tentang fardhu yang lain kamu tentu tidak mampu dan lebih lemah''
Arab badui : ''Pertanyaanmu ini apakan pertanyaan belajar atau pertanyaan penghinaan''
harun : ''Pertanyaanku adalah untuk belajar''
Arab badui : ''Berdirilah, lalu duduklah sebagaimana duduknya orang yang bertanya''
harun arrasyid lalu berdiri dan duduk dihadapan arab badui
Harun : ''Aku telah duduk''
Arab badui : ''Bertanyalah apa yang ingin kau tanyakan''
Harun : ''Beritahukanlah kepadaku apa saja yang telah difardhukan (diwajibkan) Allah kepadamu''
Arab badui : ''Yang engkau tanyakan kepadaku itu tentang fardhu (kewajiban) yang mana? apakah dari satu kewajiban atau lima kewajiban, tujuh belas, tiga puluh empat, sembilan puluh empat atau satu kewajiban sepanjang umurmu, atau satu dari dua belas, atau satu fardhu dari empat puluh, atau lima dari dua ratus ?''
Harun tertawa sambil menepuk bahu arab badui karena meremehkannya seraya berkata.
Harun : ''Aku bertanya kepadamu tentang kewajibanmu tapi kamu menjawab dengan hitungan tahun''
Arab badui : ''Hai Harun, jika agama itu tidak mempergunakan hitungan, niscaya Allah tidak akan mengadakan perhitungan amal perbuatan manusia pada hari kiamat. padahal Allah swt telah berfirman
ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا وإن كان مثقال حبة من خردل أتينا بها وكفى بنا حاسبين (الأنبياء47
''kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya sebesar biji sawipun pasti kami medatangkan (pahala) nya, dan cukuplah kami sebagai penghitung''.
maka Harun arrasyid menjadi marah sebab arab badui itu memanggilnya dengan ucapan ''hai harun'' dan tidak mau memanggil dengan ucapan ''hai amirul mu'minin''. lalu Harun arrasyid mengatakan ''hai arab badui jika kamu dapat menafsiri perkataanmu dengan baik maka kamu akan selamat, tapi jika tidak, maka aku akan memerintahkan pengawalku untuk menebas batang lehermu antara bukit shofa dan marwah''. Maka berkatalah pengawalnya ''wahai amirul mu'minin ampunilah dia dan kasihanilah dia karena takut kepada Allah dan karena kemuliaan tempat ini.'' Maka tertawalah Arab badui itu karena ucapan keduanya, sehingga dia menepuk punggung Harun.
Harun : ''Mengapa kamu tertawa hai Arab badui?''
Arab badui itu menjawabnya penuh keheran-heranan seraya mengatakan ''karena aku tak tahu siapa yang lebih bodoh diantara kalian berdua, yang memberi batas waktu yang telah datang atau yang mempercepat batas waktu yang belum datang. Adapun pertanyaanmu tentang satu kewajiban yang telah difardhukan kepadaku. Padahal Allah telah mewajibkan kefardhuan yang banyak sekali. Ucapanku kepadamu tentang satu fardhu maksudnya adalah agama Islam. Fardhu yang lima maksudnya adalah sholat lima waktu. Fardhu yang tujuh belas maksudnya tujuh belas raka'at. Tiga puluh empat maksudnya adalah tiga puluh empat sujud dalam sholat fardhu lima waktu. Sembilan puluh empat maksudnya adalah takbir dalam sholat jika orang yang sholat itu meyakini kalau takbir itu merupakan fardhu. Adapun maksud ucapan satu fardhu sepanjang umurku adalah menunaikan ibadah haji. Kemudian satu fardhu dari dua belas adalah bulan ramadhan, wajib puasa bulan ramadhan dari dua belas bulan dalam satu tahun. Sedangkan satu fardhu dari empat puluh yaitu membayar zakat emas atau dinar, satu dinar dari setiap empat puluh dinar. Lalu maksud fardhu lima dari dua ratus adalah lima dirham dari harta dua ratus dirham.''
Arab badui : ''Aku telah menjawab pertanyaanmu, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, maka jawablah pertanyaanku''
Harun : ''Baiklah, silahkan katakan''
Arab badui : ''Bagaimana pendapatmu jika seorang lelaki melihat seorang wanita dipagi hari haram hukumnya, tetapi diwaktu dzuhur halal baginya? lalu diwaktu ashar wanita itu haram dilihat lelaki tadi? dan datang waktu maghrib menjadi halal? kemudian waktu isya haram dan ketika subuh halal? pada waktu dzuhur berikutnya haram lagi? kemudian waktu ashar halal? ketika waktu maghrib datang haram lagi? maka ketika isya tiba, wanita tersebut halal lagi bagi lelaki itu?''
Harun : ''Demi Allah hai saudara arab! kamu telah melemparkan aku kedalam lautan dimana tidak ada yang mampu menyelamatkan aku kecuali engkau!''
Arab badui : ''Kamu sebagai khalifah Allah, tidak pantas menjadi lemah karena pertanyaan itu . Bagaimana kamu menjadi lemah karena pertanyaanku? sedangkan aku seorang arab pedalaman yang tidak punya kekuasaan !.''
Harun : ''Kapasitas ilmumu sangat luas, maka jelaskanlah jawaban pertanyaanmu itu''
Arab badui : ''Akan saya jelaskan tetapi dengan syarat, kamu harus menambal kurangnya kasih sayangmu kepada orang yang membutuhkan. dan jangan mencela orang karena kefakirannya,''
Harun arrasyid lalu berkata dengan senang hati dan penuh hormat. maka arab baduipun menguraikan penjelasannya. ''Bahwasannya seorang lelaki itu melihat seorang wanita amat (budak perempuan) milik orang lain, maka haramlah wanita itu dilihatnya. Lalu waktu dzuhur lelaki itu membelinya, maka wanita itupun halal baginya. Ketika ashar wanita itu dimerdekakannya, maka haramlah wanita itu baginya. Ketika datang waktu maghrib wanita itu dinikahinya, maka diapun halal baginya. Kemudian diwaktu isya lelaki itu menceraikannya, maka haramlah wanita itu baginya. Ketika datang waktu subuh, lelaki itu merujuknya, maka wanita itupun halal baginya. Ketika datang waktu dzuhur lelaki itu menjatuhkan sumpah dzihar pada wanita tadi, maka haramlah wanita itu baginya. Dan ketika waktu ashar lelaki itu membayar kafarat atas sumpahnya, maka wanita itu menjadi halal baginya. Lalu pada waktu maghrib lelaki itu keluar dari islam, maka wanita itupun menjadi haram baginya. Akhirnya ketika waktu isya datang lelaki itupun bertaubat dan masuk islam kembali, maka wanita itu menjadi halal baginya.''
Setelah mendengar penjelasan Arab badui tersebut Harun arrasyid sangat gembira hatinya dan memerintahkan pengawalnya untuk memberikan hadiah sebesar 10.000 dirham. Namun Arab badui itu tidak mau menerimanya.
Arab badui : ''Aku tidak membutuhkan 10.000 dirham itu. sana kembalikan pada pemiliknya.''
Pengawal : ''Maukah engkau diberi upah yang dapat mencukupimu sepanjang hidupmu
Arab badui : ''Apa yang akan kamu berikan sudah ada padaku.''
Pengawal : ''Jika engkau punya hutang maka kami sanggup membayarnya.''
Arab badui : ''Tidak.''
Maka seditpun Arab badui tersebut tidak menerima hadiah itu. Kemudian Harun arrasyid menanyakan tentang keluarganya dan negrinya. Lalu diberitahukan kepada Harun, bahwa bahwa Arab badui itu adalah Musa Ar ridho ibn Ja'far As shodiq ibn Muhammad Al baqir ibn Ali Zainal Abidin ibn Al-husain cucu Rasulullah saw. Dia berpakaian ala arab badui karena sangat zuhud terhadap dunia dan sangat wara'. Harun arrasyid lalu mendatangi arab badui tersebut sambil menagis, kemudian meminta maaf atas kelancangannya dan mencium kening arab badui tersebut seraya membaca firman Allah. الله أعلم حيث يجعل رسالته (الأنعام 124
''Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan (Q.S Al-an'an : 124)
lalu harun arrasyidpun memohon do'a dari Arab badui tersebut.
Sholu 'alan Nabi....!
- Salam
- Tarim
- Dzikir dan Do'a
- Ulumul Qur'an
- Ulumul Hadits
- Kisah
- Kajian
- Biografi
- Mutiara Hikmah
- Artikel
- Puisi
- Video
- Fathib In Memories Part 1
- Fathib In Memories Part 2
- Fathib In Memories Part 3
- Fathib In Memories Part 4
- Fathib In Memories Part 5
- Fathib In Memories Part 6
- Fathib In Memories Part 7
- Fathib In Memories Part 8
- Fathib In Memories Part 9
- Fathib In Memories Part 10
- Fathib In Memories Part 11
- Fathib In Memories Part 12
- Fathib In Memories Part 13
- Fathib In Memories Part 14
- Fathib In Memories Part 15
- Wisata